Thursday, May 31, 2012

Menangani Hipertensi Dengan Cara Ilmiah

Menangani Hipertensi Dengan Cara Ilmiah, tentu harus memulai dari kebiasaan kebiasaan buruk. hal pertama yang orang susah lakukan adalah Mengubah gaya hidup. Mengubah gaya hidup itu antara lain: menjaga berat badan ideal/normal untuk dewasa (indeks massa tubuh 20–25 kg/m2), mengurangi/menurunkan berat badan, diet rendah garam, stop konsumsi alkohol dan produk olahannya, latihan aerobik (misal: jalan cepat minimal 30 menit setiap hari), diet rendah lemak (mengurangi asupan lemak total dan lemak jenuh), meningkatkan konsumsi buah, sayur, air mineral.

Adapun farmakoterapi berikut ini yang biasa digunakan oleh dokter di dalam mengobati penderita hipertensi:
1. Alpha-blocker
2. ACE-inhibitor
3. ARBs (angiotensin II receptor blockers), misalnya: telmisartan dan irbesartan.
4. Beta-blocker
5. CCBs (Calcium channel blockers), misalnya: nifedipine, amlodipine, diltiazem, verapamil.
6. Thiazide/thiazide-like diuretics.

Untuk obat golongan thiazide diuretic misalnya: bendroflumethiazide, hydrochlorthiazide. Untuk obat golongan thiazide-like diuretic misalnya: chlortalidone, indapamide. 

Di dalam seni terapi, dokter akan mengikuti rekomendasi the British Hypertension Society tentang aturan ABCD, dimana:
A = ACE inhibitor atau angiotensin receptor blocker
B = beta-blocker
C = calcium channel blocker
D = diuretic (thiazide). 

Untuk penderita hipertensi yang disertai dengan diabetes mellitus (kencing manis), maka dianjurkan mengkonsumsi obat golongan ACE-Inhibitor (captopril atau enalapril). 

Untuk penderita hipertensi yang disertai dengan kelainan/penyakit jantung, misalnya: angina pektoris stabil (nyeri dada saat aktivitas), maka boleh mengkonsumsi obat golongan beta blocker atau calcium antagonist. Untuk penderita hipertensi yang memiliki riwayat infark miokard akut atau gagal jantung, diperkenankan untuk mengkonsumsi obat golongan ACE-Inhibitor atau ARB. 

Perlu diketahui, tujuan terapi hipertensi yang optimal adalah untuk mengurangi tekanan darah hingga 140/85 mmHg. Sumber lain menyebutkan bahwa target penurunan tekanan darah yaitu di bawah 140/90 mmHg untuk penderita tanpa komplikasi dan di bawah 130/80 mmHg untuk penderita yang menderita kencing manis atau kelainan ginjal.

Kapan Harus ke Dokter Spesialis?

Tentunya kita harus paham dan tahu dengan pasti kapan datang ke dokter umum, dokter keluarga, dan kapan kita berkunjung ke dokter spesialis. Pada kasus hipertensi, kondisi berikut ini "mengharuskan" kita untuk meminta bantuan ke dokter spesialis:

  1. Ada petunjuk pada riwayat atau pemeriksaan penyebab sekunder, misalnya: hipokalemia dengan peningkatan atau tingginya kadar sodium plasma (Conn's yndrome).
  2. Meningkatnya serum creatinine.
  3. Proteinuria atau haematuria
  4. Hipertensi dengan onset yang mendadak atau memburuk.
  5. Resisten (kebal) dengan pemberian banyak obat (minimal 3 obat).
  6. Usia muda (hipertensi sebelum usia 20 tahun, perlu dirawat bila kurang dari 30 tahun).
  7. Intoleransi kepada banyak obat.
  8. Kontraindikasi kepada banyak obat.
  9. Variasi tekanan darah yang tak biasa.
  10. Hipertensi dengan kehamilan.
  11. Possible white-coat hypertension.
  12. Hipertensi yang berat (lebih dari 220/120mmHg).
  13. Hipertensi yang dipercepat atau accelerated hypertension (misalnya: kasus hipertensi berat dengan retinopati derajat III–IV).
  14. (Diperkirakan atau dipastikan) akan terjadi berbagai komplikasi, misalnya: transient ischaemic attack, gagal jantung tipe left ventricular failure).

Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat.

Dituturkan Oleh : dr. Dito Anurogo www.health.detik.com

Jupen Bahari S.
Internet Marketer.
Jl.Bukit Pasir. BMP D.20 Kulim. Pekanbaru || Phone : 0852-7127-4525


No comments:

Post a Comment

Paling Populer